RSKBH Lulus Akreditasi Perdana

Setelah menjalani serangkaian survei dan penilaian akreditasi, Rumah Sakit Khusus Bedah Halimun (RSKBH) yang berada di Jl Halimun Raya, Setia Budi, Jakarta Selatan, akhirnya dinyatakan lulus dengan predikat bintang satu. Proses survei ini dilakukan oleh tim dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) pada Senin – Rabu (22 – 24 Oktober 2018).
Penilaian pada Survei Akreditasi Program Khusus ini meliputi empat bidang. Pertama, Sasaran Keselamtan Pasien (SKP). Kedua, Pencegahaan dan Penanggulangan Inveksi (PPI). Ketiga, Hak Pasien dan Keluarga (HPK). Empat, Kompetensi dan Kewenangan Staf (KKS).
Untuk mensurvei dan melakukan penilaian pada empat bidang di atas, Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) menurunkan dua orang surveior yang diketuai oleh Ns. Darmono, S. Kep, MARS dengan anggota Dr. dr. Tubagus DE. Abeng, M. Kes. Dalam menjalankan tugasnya Tim Akreditasi berbagi tugas, yakini: Ns. Darmono, S. Kep, MARS bertugas menilai aspek SKP dan PPI sedangkan Dr. dr. Tubagus DE Abeng, M. Kes bertugas menilai aspek HPK dan KKS.
Direktur RSKBH Dr. H. Briliantono, MS, SpOT, FICS, MD, PhD, MBA sangat bersyukur dengan suksesnya proses akreditasi selama tiga hari ini. “Alhamdulillah, semuanya berjalan baik dan lancar. Bahkan, untuk simulasi code blue, tim surveior sangat berkesan. Pasalnya, meski simulasinya sangat mendadak, tapi Tim RSKBH mampu menangani pasien pingsan di lantai 4 dengan cepat dan tepat. Kurang dari 2 menit, pasien sudah ditangani tim medis,” ungkapnya bangga.
Hal senada juga disampaikan oleh tim surveior. Pada akhir acara atau exit conference, Rabu (24/10/2018), Dr. dr. Tubagus DE. Abeng, M. Kes yang akrab disapa dr. Abeng ini menuturkan ketakjubannya pada Ruang Operasi Rumah Sakit Khusus Bedah Halimun (RSKBH). Menurutnya, standar Ruang Operasi RSKBH tidak hanya memenuhi standar nasional tapi merupakan standar internasional.
“Begitu saya masuk ruang operasi, saya tak menyangka ini ruang operasi rumah sakit di Indonesia. Bayangan saya langsung terbayang pada ruang operasi di RS-RS pemerintah di Jepang, karena hampir semua peralatan medis, lantai dan Vinyl-nya terbuat dari material anti infeksi seperti yang terpasang di RS-RS di Jepang,” tandas dr. Abeng.
Naskah: Dwi Hardianto
Foto: Olink KP
Sumber: OASESAHIRA (oase.co.id)