Pemilihan Alat Bantu Jalan (Bagian 2)

Oleh: Oktavianus Marciano, Briliantono M. Soenarwo
Secara umum, alat bantu jalan dibagi menjadi 3 jenis: cane (tongkat), crutch (kruk) dan walker. Pada Bagian 1 sudah diuraikan tentang alat bantu jalan jenis cane (tongkat). Maka, alat bantu jalan berikutnya yang akan diuraikan pada Bagian 2 ini adalah crutch (kruk) dan walker. Berikut uraiannya:
1. Crutch (Kruk)
Crutch sangat berguna untuk membantu keseimbangan seseorang dan mengurangi beban pada anggota gerak yang bermasalah. Namun, crutch membutuhkan energi lebih besar dan butuh kekuatan tangan serta bahu sehingga kurang cocok pada usia lanjut.(1).
Crutch dapat digunakan pada sisi kanan dan kiri ataupun salah satu sisi saja. Penggunaan 1 sisi saja dapat menurunkan beban yang diterima dari anggota gerak yang cedera sebanyak 80%. Sedangkan penggunaan crutches pada dua sisi dapat menurunkan beban tersebut hingga 100%. Namun, perlu diperhatikan juga tinggi kruk, tinggi pegangan, dan kekuatan lingkup gerak anggota gerak atas seseorang sebelum digunakan.(9).
Terdapat beberapa jenis crutch. Tapi yang paling sering digunakan adalah axillary crutches (kruk ketiak) dan Lofstrand / forearm crutches.(2,9).
a. Axillary crutch
Crutch tipe ini umumnya lebih murah dibandingkan yang lain. Penggunaan yang kurang tepat dapat menekan beberapa saraf terutama daerah ketiak dan dapat menyebabkan kompresi saraf, terutama di bagian ketiak.(1,2,9). Beberapa orang ditemukan sulit koordinasi cara berjalan dengan crutch. Kekurangan lainnya adalah ukuran dari alat yang cukup besar dan penggunaan tangan menjadi terbatas.(9).
b. Lofstrand crutch (Forearm crutch)
Keunggulan alat tipe ini adalah tangan lebih leluasa melakukan aktivitas tanpa meletakkan tongkat dan dapat digunakan lebih nyaman bila menaiki atau menuruni tangga dibandingkan yang lain.(1,2,9). Selain kekuatan anggota gerak atas, penggunaan alat ini juga membutuhkan punggung yang seimbang agar menggunakan Lofstrand crutch dengan lebih aman.(9).

2. Walker
Walker merupakan alat bantu jalan yang paling stabil karena ukurannya yang lebih lebar. Walker juga memberikan kesimbangan yang baik dengan melebarkan alas, membantu menahan berat seseorang, dan kestabilan bagian samping.(1,2,4). Penggunaan alat ini sebaiknya dipakai oleh orang dengan kekuatan dan ketahanan kedua tangan dan genggaman yang baik.
Alat ini memberikan dampak melambatnya kecepatan jalan dari pengguna dan gerakan menjadi terbatas termasuk menaiki atau menuruni tangga. Walker membutuhkan ruang lebih dibandingkan alat bantu jalan lain sehingga sulit digunakan di tempat sempit. Karenanya, pengguna walker membutuhkan perhatian lebih.(1,2,4).
Secara garis besar, walker dapat dibagi menjadi tipe yang beroda dan tidak beroda. Walker dengan roda empat atau yang disertai dengan tempat duduk memberikan keuntungan seseorang dapat beristirahat. Walker dengan roda (rolling walker) meringankan beban seseorang dengan gangguan kekuatan tangan atau mempunyai gangguan koordinasi/keseimbangan. Sayangnya, walker beroda mempunyai kestabilan lebih rendah disbanding walker tidak beroda.(1,4).
a. Standard walker
Tipe ini adalah walker paling stabil. Berguna pada orang dengan gangguan keseimbangan dan koordinasi yang diakibatkan oleh gangguan di otak. Namun, kecepatan berjalan menjadi menurun karena perlu mengangkat walker terlebih dahulu untuk melangkah. Alat ini juga sulit digunakan pada orang usia lanjut dengan kelemahan anggota gerak atas.(1,4).
b. Front-wheeled walker/Two-wheeled walker/Rolling walker/Gliding Walker
Walker tipe ini dapat memelihara cara berjalan yang lebih normal dibandingkan standard walker dan cocok digunakan pada seseorang yang berjalan dengan cepat saat penggunaan standard walker atau kurang kekuatan mengangkat standard walker. Tapi, walker ini kurang stabil dibandingkan standard walker.(1,2,4). Pada seseorang dengan parkinson, walker ini membantu mengurangi waktu freezing dari standard walker. Dengan adanya roda, membuat seseorang yang menggunakan alat ini perlu pengawasan lebih.(1,4).
c. Four-wheeled walker/Rollator
Rollator aman digunakan pada orang yang tidak membutuhkan bantuan untuk mengurangi beban pada anggota gerak dan dapat berjalan cukup jauh.(2). Meski walker jenis ini nyaman digunakan, tapi kurang cocok digunakan oleh orang dengan gangguan keseimbangan atau gangguan kognitif karena dapat menyebabkan jalan tak terarah dan rentan jatuh.
Desain walker ini bervariasi, ada keranjang dan tempat duduknya. Namun saat digunakan untuk duduk, rem harus dalam keadaan mengunci dan sebaiknya menempel pada dinding. Karena dapat digunakan untuk istirahat, walker ini berguna pada orang dengan gangguan pernapasan atau kardiovaskular.(1,2,4). (Bersambung)

Referensi:
- Bradley SM, Hernandez Cameron. Geriatric assistive devices. American Family Physician 2011;84(4):405-411.
- Faruqui SR, Jaeblon T. Ambulatory assistive devices in orthopaedics: uses and modification. Journal of the American Academy of Orthopaedic Surgeons 2010;18(1):41-50.
- Martins M, Santos CP, Frizera-Neto A, Ceres R. Assistive mobility devices focusing on smart walkers: classification and review. Robotics and Autonomous Systems 2012;60:548-562.
- Tulaar ABM, Wahyuni LK, Wirawan RP, Aliwarga J, editors. Layanan Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Jakarta: PERDOSRI; 2013.
- Kaye HS, Kang T, LaPlante MP. Mobility device use in the United States. Disability statistics report no. 14. Washington, DC: National Institute on Disability and Rehabilitation Research, U.S. Department of Education; 2000.
- Alexander NB. Gait disorders in older adults. J Am Geriatr Soc. 1996;44(4):434-451.
- Liu HH. Assessment of rolling walkers used by older adults in senior-living communities. Geriatr Gerontol Int. 2009;9(2):124-130.
- Liu HH, Eaves J, Wang W, Womack J, Bullock P. Assessment of canes used by older adults in senior living com- munities. Arch Gerontol Geriatr. 2011;52(3):299-303.
- Esquenazi A. Lower Extremity Orthotics, Shoes, and Gait Aids. In: Frontera WR, DeLisa JA, Gens BM, Walsh NE, Robinson LR, editors. DeLisa’s Physical Medicine & Rehabilitation. 5th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2010. p. 2063-2080.