BUAH KOLANG-KALING DAPAT ATASI RADANG SENDI DAN OSTEOPOROSIS, MITOS ATAU FAKTA?

Kolang-kaling (buah atep) dalam bahasa Belanda biasa disebut Glibbertjes, berasal dari biji pohon aren (Arenga pinnata) dari keluarga Palmae. Buah ini mudah kita jumpai di pasar tradisional, terutama pada saat bulan Ramadhan. Kolang-kaling lazim digunakan sebagai sajian berbuka puasa, seperti untuk kolak, manisan, es campur, wedang, dan berbagai menu minuman lainnya.
Buah yang berbentuk elips, berwarna putih transparan dan bertekstur kenyal ini memiliki segudang manfaat, karena di dalamnya terdapat kandungan protein, lemak, karbohidrat potasium, zat besi, kalsium, vitamin A, vitamin B, vitamin C, dan gelatin.
Manfaat kolang-kaling, antara lain:
- Sebagai Obat Radang Sendi
Kolang-Kaling dapat berfungsi sebagai obat radang sendi, karena kandungan karbohidrat (zat galaktomanan), yang salah satu tugasnya adalah menghambat sekresi mediator nyeri, misalnya prostaglandin. Sebagai antiradang, ternyata galaktomanan bekerja melawan radikal bebas. Untuk mendapatkan manfaat dari kolang-kaling ini sebaiknya dikonsumsi tanpa menggunakan pewarna dan gula.
- Mencegah Osteoporosis
Kalang-kaling memiliki khasiat lain, yaitu untuk menguatkan tulang dan membantu mencegah pengeroposan tulang (osteoporosis). Buah ini memiliki 91 mg kalsium dan 243 mg fosfor per 100 gram. Dengan rutin mengkonsumsi buah ini, tulang menjadi lebih kuat.
Yang menarik tentang buah ini adalah, ternyata pohon aren diketahui sudah tertera dalam monografi obat, yakni Compendium of Materia Medica yang diterbitkan semasa Disnasti Ming tahun 1578 M. Disebutkan bahwa buah kering aren digunakan dalam pengobatan rakyat sebagi penyembuh nyeri.
Kendati demikian, keyakinan ini harus tetap diuji melalui penelitian lebih lanjut, sehingga kolang-kaling dapat menjadi alternatif dalam upaya pencegahan osteoporosis dan pengobatan nyeri sendi.